Pengurus : Mereka Pikir Kita Bercanda? Jujur Saja Bang, Ini Soal Law Enforcement yang Terhempas oleh Regulasi

  • Bagikan

Koba atensipublik.com – Perang Bubat adalah peristiwa sejarah yang terjadi antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda pada abad ke-14, tepatnya pada tahun 1357 Masehi. Perang ini meletus di alun-alun Bubat, yang terletak di utara Trowulan, ibu kota Majapahit. Perang ini dipicu oleh rencana pernikahan antara Raja Hayam Wuruk dari Majapahit dengan putri Kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka Citraresmi, yang kemudian berubah menjadi pertempuran berdarah akibat ambisi Gajah Mada, mahapatih Majapahit, Sabtu 2 Agustus 2025.

Sementara itu dalam pemahaman secara sederhana saja adalah, sikap berani karena benar dan waspada selalu kalkulasi pertempuran.

“Seperti yang saya baca dalam buku-buku Tan Malaka, bahwa Tuan Rumah Takkan Pernah Mau Berunding dengan Maling yang Menjarah Rumahnya,” tukas sumber berita yang menyandang status sebagai Penanggung Jawab Property Kebun Sawit seorang warga desa Nadi, AH Sabtu siang.

Ketika melontarkan sindiran tajam berupa sikap tak mau kompromi pada laku lampah nista mengambil hak milik orang lain, AH menuturkan kalau saja pihak penambang liar tersebut mau sedikit mengerem hawa nafsu sesaat terkait melambungnya harga jual pasir timah, AH katakan perusahaan juga memaklumi situasi ekonomi terkini pasca rezim Prabowo naik tahta.

“Setidaknya kulo nuwun lah bang. Kan kita memakai adat ketimuran,” imbuh Sarjana Strata Dua dari Universitas cukup terkenal di Jakarta.

Perlu diketahui, kawasan Krasak, Nadi laut, Simpang C Lubuk Bangka Tengah, (click link at blue for location) dan lainnya. Belakangan mendapat sebuah pola menambang agak beresiko. Karena kalau saja dilakukan oleh normally bussinesman, tak pelak lagi bidikan pidana berlapis sudah menantinya.

“Ya agak kurang fair saja kalau menurut saya, mereka kan berfungsi sesuai UU. Tapi jangan mendadak amnesia jika justru rakyat adalah Ibu kandung yang melahirkan mereka,” kata Ahmad Fachry Husaini, SE seorang pengamat politik level pemula sewaktu dimintai komentarnya soal masuknya punggawa negara ke lahan bisnis.

Sesungguhnya sah-sah saja. Akan tetapi yang menjadi banyak pihak merunduk akibat jeri adalah sukarnya melepaskan peran satu dengan peran lainnya. Alias, jika sudah institusi yang bergerak tembok setebal apapun niscaya akan mampu dirobohkannya.

Namun soalnya bukan itu saja, ini adalah sebuah kemerosotan moral yang sedihnya lagi secara serempak difabrikasi oleh budaya Post Modernism.

“Semoga saja, instansi terkait yang sudah abang kirimkan surat keberatan segera menuntaskan permasalahan ini,”pungkasnya. (TIM INVESTIGASI)

Note: Pasca paragraf keenam wartawan memasukkan pendapat pengamat pemula hasil wawancara – RED
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *