Pangkalpinang atensipublik.com – Reshuffle Kabinet yang dilakukan oleh Presiden Prabowo beberapa hari yang lalu pada lima pos Kementerian termasuk pembentukan Kementerian Haji dan Umroh, memiliki penggalan kisah menarik, Jumat 12 September 2025.
Salah satunya adalah drama politik dan media sosial kerap bersilang, dan respon “ngambek” secara halus di media sosial bisa menjadi pesan simbolis seperti yang terjadi baru-baru ini dengan Budi Arie Setiadi. Tak lama setelah resmi di-reshuffle dari posisi Menteri Koperasi, Budi Arie ketahuan meng-unfollow akun Instagram Presiden Prabowo Subianto.
Aksi ini langsung jadi bahan canda di kalangan netizen. “Kek bocil kalau ga diajak main unfollow wkwkwk,” tulis salah satu komentar. Warganet lain menambahkan sindiran tajam: “Dari reshuffle kabinet langsung ke reshuffle Instagram, real quick!”
Namun di balik kelakar itu ternyata tersimpan sinyal serius tidak hanya sekadar drama politik, tapi juga cerminan realitas bahwa lingkaran kekuasaan adalah soal simbol dan perasaan. Unfollow semacam ini dianggap sebagai bentuk pesan emosional oleh sebagian publik.
Pengamat politik Agung Baskoro menganalisis bahwa pencopotan Budi Arie lebih kepada upaya untuk menjaga stabilitas kabinet dan agar dirinya bisa fokus menghadapi proses hukum.
Prabowo, katanya, tidak ingin pengurus kabinetnya justru tersandung masalah hukum seperti kasus yang menjerat mantan Wamen Tenaga Kerja, Immanuel “Noel” Ebenezer.
Menurut Agung, langkah reshuffle ini dimaksudkan agar pemerintahan tidak terganggu oleh gejolak hukum dan agar kabinet terlihat bersih. Dalam pola seperti itu, ‘unfollow’ menjadi simbol kecil dari ‘umbar sayap’ mengindikasikan jarak yang tiba-tiba terbuka antara eks-pejabat dan pemimpin yang dulu mereka wakili.
Peristiwa ini jadi pengingat bahwa era digital membuat setiap gestur di media sosial bisa dibaca sebagai pesan politik, bukan hanya urusan likes atau followers.(suaracom)
