Pangkalpinang – Panglima Besar Jenderal Bintang Lima Soedirman pernah memberikan wejangan pada pasukan yang dipimpinnya, Berikan Pada Saya Sepuluh Peluru, Satu Untuk Musuh dan Sembilan Sisanya Untuk PENGKHIANAT, Kamis 25 September 2025.
Doktrin terkenal ini sekaligus menahbiskan betapa berbahayanya perilaku pengkhianat bangsa di masa perjuangan fisik 1945-1949 yang lalu. Jika musuh jelas berbaris berhadap-hadapan, sementara pengkhianat justru berusaha semaksimal mungkin memasang muka nyengir sambil berusaha duduk dekat-dekatan di sebelah kita padahal kita sengaja pindah karena sudah mengendus aroma betrayer, misalnya.
Pembaca yang budiman, Presiden Prabowo Subianto secara tegas sudah meng-ultimatum para jenderal yang membekingi tambang ilegal, baik TNI maupun Polri. Prabowo menegaskan bakal menindak siapa saja yang coba melindungi praktik tambang ilegal.
“Saya beri peringatan apakah ada orang-orang besar, orang-orang kuat, jenderal-jenderal dari mana pun. Apakah jenderal TNI atau polisi, atau mantan jenderal, tidak ada alasan, kami akan bertindak atas nama rakyat,” tegas Prabowo dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR 2025, dikutip metrotivi Jumat, 15 Agustus 2025.
Dengan begitu, jika mindset yang dipakai adalah milik teman yang telah keracunan cuan, selisih dan hasil fee, deposit serta kegurihan dari harum semerbak uang kertas Dollar. Maka sudah barang tentu akhirnya yang disodorkan adalah perihal pembenaran sesuatu hal yang sejak awal salah. Bagaimana tidak keliru, jika sebuah BUMN Plat Merah tiga tahun belakang mengalami kerugian, harusnya kan jajaran direksi dan komisaris akan diganti. Tapi paradoksnya adalah justru mereka yang sudah bikin rugi tadi dihujani dengan bonus, tantiem dan penyajian kenaikan angka produksi, yang notabene mirip dengan modus di kurun 2017-2022 kemarin, mengalami kenaikan angka dari hasil menampung timah ilegal. Namun situasi kenaikan (gaji pejabat, angka produksi) tadi dinilai sudah sesuai dengan rancang bangun perampokan. Hasil rampokan para mafia drastis alami kenaikan, berbanding dengan tingkat kesejahteraan rakyat yang turun.
Apakah anda sudah mewakili suara dari keseluruhan masyarakat Bangka Belitung? Atau jangan-jangan ini adalah suara dari dalam rapat korporasi yang menugaskan anda untuk membelokkan narasi dari diksi kalimat penertiban berubah jadi pembegalan. Pihak siapa yang dibegal? Bukankah jika aparat keamanan menangkap basah seorang maling uang di sebuah toko tidak mungkin dituduh sebagai begal atau rampok? Kecuali oleh kelompok begal atau rampok itu sendiri, yang memiliki masing- masing peran.
Ambil mudahnya saja, jika perintah tahapan penertiban sudah datang langsung dari balik meja seorang Presiden, tidak elok rasanya pihak yang kesenggol oleh perintah tersebut malah akhirnya secara kekanak-kanakan mempersoalkan decibel suara, amplitudo, dialek dari pemberi perintah hingga hal remeh remeh tetek bengek lainnya. Apakah anda sebagai warga Provinsi Kep Bangka Belitung tidak merasa senang ketika harta kekayaan kita yang selama ini dirampok memakai aturan baku berupa UU oleh cukong timah beserta kelompok traitor APH dikembalikan ke pundi-pundi kas negara secara perlahan. Minum obat itu bukan seperti makan sambal mas, begitu obat tiba di rongga kerongkongan seketika itu juga alami sensasi pedas level tujuh. Perlu tahapan perlu waktu, perlu berdarah-darah difitnah kawan yang jadi pembocor operasi senyap. Demi melambungnya nama pribadi, tega menyembelih teman.
Sewaktu masyarakat Provinsi Kep Bangka Belitung sedang lelap tertidur, para petugas Tim Satgas Halilintar faktanya justru masih berjibaku di lapangan untuk mengendus dimana harta kekayaan milik masyarakat Babel disembunyikan. Apakah mulut nyinyir tersebut paham, bahwa disinyalir cuma anggota gerombolan pelaku saja yang takkan pernah mau untuk ikut memekikkan tolong ada maling tolong ada rampok, tolong ada begal. Sementara mereka yang nyinyir, malah sekuat tenaga sibuk mencari kesalahan para ksatria. Bernyalikah anda semua para oknum wartawan, oknum LSM pembela cuan menyambangi rumah seorang Jenderal Senior untuk sekedar mengklarifikasi tudingan dugaan keterlibatan kasus ekspor nikel senilai 5700 ton ke China beberapa waktu yang lalu. Jawabannya pasti TIDAK. Sebab sudah pasti sampeyan dalam kondisi basah kuyup duluan disiram rupiah agen Jenderal Senior tadi.
Ajaibnya, tetiba saja sekarang ini anda mendadak bernyali, mungkin juga karena salah satu member jaringan bisnis sampeyan, dicokok Tim Satgas Halilintar. Atau skema “pengondisian” yang telah susah payah dibangun dari masa kejayaan “Presiden Koba” sekarang terancam berantakan atau punah. Ya semudah itu fergusso membaca isi batok kepala sampeyan.
Bagaimana mau tegak lurus dengan penertiban tata kelola pertimahan, jika nama kita masih tercantum sebagai pengurus organisasi tertentu, sebagai perumpamaan ?
Akhirulkata, jangan sampai pemerintah pusat yang sedang mati-matian membela tiap jengkal hajat hidup rakyatnya, malah anda persepsikan sebagai begal atau pengganggu. Tim Satgas berdarah-darah memperjuangkan agar ikak seneng belanje, kok sampeyan malah nge-share data valid dibarter dengan pujian semata. Dangkal dan sudah pasti dungu. Sehingga pada ujung sejarah negeri ini, anak cucu kita akan duduk bersebarangan. Satunya di barisan pejuang, dan di pihak seberang anak cucu sampeyan yang berbaris bersama para pengkhianat bangsat bangsa. (***)
Disclaimer : Kanal opini adalah media warga. Setiap opini di kanal ini menjadi tanggung jawab penulis. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai aturan pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini dan Redaksi akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang.