Jakarta atensipublik.com – Sudah hampir sebulan belakangan, warga Provinsi Kep Bangka Belitung pada umumnya serta warga penambang pada khususnya terus dihujani tsunami informasi soal penyergapan petugas gabungan pada belasan kolektor timah swasta di berbagai kota dan kabupaten di negeri Serumpun Sebalai, Kamis 2 Oktober 2025.
Dalam catatan redaksi, dapat dijejerkan nama-nama kolektor Acaw&Leni di Kayubesi Air mesu di tanggal 22 September, Miloy pada Jumat 26 September, dan terakhir gudang timah milik Tamron di Lubuk Bangka Tengah dan desa Nadi. Yang terakhir tonasenya tidak main-main, diperkirakan hampir ratusan ton.
Meski begitu, kinerja lapangan Tim Satgas bentukan langsung Presiden ataupun Tim Satgas Lestari created by PT Timah Tbk, seakan masih meninggalkan pertanyaan besar bagi publik. Pasalnya, dari beragam pendapat di ratusan warung kopi yang ada di kota Pangkalpinang saja, faktanya banyak didominasi dengan komentar pesimis serta menyelidik.
“Sekarang begini, jika memang benar itu adalah sebuah operasi besar-besaran seperti yang dipdatokan oleh Presiden Prabowo, kok kalian pihak media tidak pernah memuat berita lanjutan soal proses hukum para kolektor yang setau saya diatur dalam UU No 3/2020 tentang Minerba?” tukas Ikhrobi selaku Ketua PWRI Pangkalpinang ketika bertemu semeja di warung kopi dengan awak media.
Ikhrobi juga turut menyoroti soal status barang bukti yang menurutnya sudah jelas berasal dari praktek ilegal. “Ya sudah jelas dari pengakuan Acaw dan Leni menampung hasil dari penambangan ilegal di seputaran Batu Belubang wilayah Bangka Tengah, tapi saya dapat informasi bisa ditampung oleh sebuah gudang BUMN di derah Cambai, kan jadi bingung dengarnya,” beber pria yang dikenal juga sebagai aktivis ini.
Bukan cuma itu saja, dalam kasus Acaw & Leni, media ini pun menemukan sebuah serpihan fakta yang jika disatukan akan membentuk gambar puzzle besar mata rantai pertambangan ilegal yang sistematis dan rapi, bernuansa persekongkolan antar lini.
“Kaitannya adalah dengan operasi penangkapan di hari yang sama waktu Acaw kepergok Tim Satgas. Jadi, saya ungkap disini bahwa waktu itu tim Satgas bergerak awal ke tempat Awo masih di kawasan kayubesi Airmesu. Tapi entah disebabkan apa, tiba-tiba truk yang mengangkut timah kearah rumah Awo bisa lolos dan akhirnya tim jadi berpapasan dengan mobil Hilux dan Dump Truk kuning punya Acaw,” beber Ikhrobi.
Di rumah Acaw dan Leni, sambung Ikhrobi, pada pagi harinya Tim Satgas menemukan ±500 kg di Hilux dan puluhan ton lainnya di Dump Truk dan didalam gudang seperti yang dijadikan headline oleh teman-teman media.
“Setelah saya lihat dilakukan semacam BAP oleh Wadansub Satgas Letkol.Jasmin, pasutri penampung barang ilegal tersebut sudah mengakui kalau aktivitas mereka memang salah dan masuk ranah pidana. Itulah mengapa mereka mengucapkan : kami tau kami salah mohon arahannya pak,” terang Robi.

Bahkan sewaktu di gudang PT Timah Tbk di Cambai, katanya lagi, kami dengar kalau yang dibawa kesitu cuma hasil penangkapan pasir timah yang kering saja, sisanya yang masih basah sampai saat ini jadi bahan diskusi teman-teman media disini.
“Acaw dan Awo dapat diduga merupakan satu jaringan yang menyuplai tonase timah ke smelter tertentu. Apakah infonya PT MSP? Ini kedepannya memang harus dibuktikan dengan data yang valid,” pungkas Robi.
Pihak Acaw dan Leni setelah penyergapan di rumahnya seolah menutup diri menghindari media. Beberap kali pesan WA wartawan masuk tapi tidak diresponnya. Aktifitas di rumahnya juga tidak ramai seperti biasa. (Tim redaksi).